.:':. Apatheia blog .:':.

Manusia menjadi berbahagia kalau ia bertindak sesuai dengan akal budinya. Kebahagiaan itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia bertindak secara rasional, kalau ia tidak dikuasai lagi oleh perasaan-perasaannya, maka ia bebas berkat ketenangan batin yang disebut "apatheia"
it is a concept, or mental exercise of letting go of your problems, at least the ones you have no control over, and letting God deal with them.
celoteh Apatheia | OpenYourMind | Apatheia story | Catatan | Style

catatan: Jangan Memeluk terlalu Erat

Wednesday, November 25, 2009

Jangan Memeluk terlalu Erat

 COPAS dari http://ngerumpi.com/baca/2009/10/20/jangan-memeluk-terlalu-erat.html



Pernah ngga ngebayangin, kalau bulan cuma muncul sekali dalam seratus tahun? Dijamin, kita bakal menatapnya dengan segala ketakjuban dan kekaguman. Tapi dia muncul hampir di setiap malam, dan akhirnya kita lupa, dia selalu berjaga di atas sana, saat kita sudah jatuh terlelap, atau ngerusuh malem-malem di ngerumpi, sekadar melawan godaan sunyi pada jam dinding yang berdetak.
Sesuatu yang selalu ada, entah kenapa, akan terasa kurang berharga.
Trus, kalau misalnya bulan ada di sini, menggantikan bumi, akankah tetap kita tulis beribu puisi itu, yang memuja keindahan cahayanya? Akankah kita menggambarkan pesona sang kekasih seindah wajah rembulan? Kayaknya sih nggak. Malah akan kita injak-injak dia tanpa beban, tanpa terima kasih, tanpa kekaguman. Akan kita perkosa hutan-hutannya, kita reguk sari dari perutnya, seperti yang kita lakukan kepada bumi saat ini.
Sesuatu yang terlalu dekat, tak kan lagi indah terlihat.
Cinta konon seperti setumpuk pasir di telapak tangan. Digenggam kuat-kuat, butirannya akan berebut mencari celah untuk keluar, dan jatuh meluruh ke bumi. Pun telapak tangan kita akan merasakan perih akibat perlawanan itu. Tetapi jika digenggam dengan lembut, dengan menyisakan ruang untuk butiran itu, dia akan bertahan di sana, terasa ringan dan nyaman dalam genggaman.
Hal pertama yang perlu diingat ketika mencintai seseorang adalah, menyadari pada saatnya nanti, dia akan berlalu. Bermimpi cinta akan abadi, sama saja menyiapkan luka untuk diri sendiri.
Lagian, ngga ada manusia yang suka dikurung, walau itu atas nama cinta, karena rasa takut akan kehilangan. Bayangin coba, ketika suatu saat Anda tersentak bangun, menemukan diri berada di sebuah ruang gelap, mencoba memanjat tembok dalam butanya gulita. Tapi semua terkunci, tak ada celah beranjak pergi. Menyesakkan, putus asa, dendam, kalap, kalut, lalu mati.
Nah, jika Anda tak mau mati terjepit seperti itu, mengapa berpikir dia akan bersedia?
Walau mencintainya separuh hidup setengah mati, lepas sajalah. Jika dia memang untukmu, dia akan kembali. Dan bila dia memilih berlalu pergi, nah untuk apa mengalamatkan harap, mempersembahkan cinta kepada mereka yang tak merasa membutuhkannya? Bahkan menyerah tak selalu berarti lemah. Bisa jadi malah karena Anda cukup kuat membiarkannya pergi, cukup dewasa untuk tidak bertepuk sebelah tangan, terlalu keren untuk menjadi pengemis cinta, terlalu smart untuk menjadi kelihatan bodoh :D
Sayangi dirinya, juga dirimu, dengan berhenti memeluknya terlalu erat. Seperti semua
Terbitkan Entri
hal yang lain, cinta juga membutuhkan ruang, agar bisa berkembang. Menguasainya, adalah membunuhnya.

Catatan :
People say : Love like sand, more you keep it, more you lose it
Dee Says : Mari kita seiring bukan digiring

0 Comments:

Post a Comment

<< Home